Senin, 25 Juli 2011

Sate Kuda, Nikmat Omzetnya, Dahsyat Khasiatnya

Sate daging kuda tak hanya enak, tetapi konon juga berkhasiat menyembuhkan penyakit seperti asma, diabetes, dan mampu meningkatkan vitalitas kejantanan para kaum pria. Tak heran, banyak orang sengaja mencari sate jenis ini. Pemilik usaha ini bisa meraup omzet hingga jutaan rupiah per hari.
Kuda merupakan lambang kekuatan. Jangan heran jika gambar kuda sering diabadikan sebagai logo obat kuat. Bahkan, ada juga mitos yang menceritakan kehebatan Patih Gajah Mada berasal dari kegemarannya menyantap daging kuda saban hari.
Saat ini, masih banyak yang meyakini mitos ini. Alhasil, cukup banyak yang menjual makanan olahan dari daging kuda. Salah satunya adalah sate kuda. Bila bertandang ke Kota Gudeg Yogyakarta, Anda bisa menemui cukup banyak warung yang menjual sate kuda.
Salah satunya adalah warung Sate Kuda Gondolayu di Jalan Jenderal Sudirman, Yogyakarta. Warung sate ini cukup terkenal lantaran letaknya di jantung kota. Sandra Sukarti mengelola warung ini sejak tahun 1997. Wanita kelahiran 1965 ini tahu betul bagaimana mengolah daging kuda yang keras menjadi menu nikmat.
Sandra mengaku tertarik berjualan sate kuda setelah melihat manfaatnya. "Selain jadi obat kuat, daging kuda juga bagus buat mengobati penyakit asma," ujarnya. Uniknya, kebanyakan pengunjung warung Sandra adalah kaum Adam. "Mungkir mereka ingin sekuat kuda," kelakarnya.
Sandra mendatangkan bahan baku daging kuda dari Segoyoso, Plered, Bantul. Saat sepi, biasanya ia hanya bisa menjual lima kg daging kuda sehari. Omzet hanya sekitar Rp 500.000 per hari. Tapi, saat musim liburan atau lebaran, warung ini bisa menghabiskan 30 kg daging kuda dan membukukan omzet sekitar Rp 3 juta sehari. "Kalau lagi sepi kami buka sampai jam 10 malam. Kalau lagi ramai, saya sudah tutup jam lima sore," katanya.
Sandra mengolah satu kilogram daging kuda menjadi 10 porsi sate. Harga satu porsi sate yang berisi lima tusuk Rp 10.000. Sementara, harga satu kg daging kuda Rp 60.000. "Margin saya bisa 30 persen," ucapnya.
Daging kuda untuk sate tidak bisa sembarangan. Harus daging has dalam. Bagian tersebut, menurut Sandra, adalah bagian terempuk dari keseluruhan daging kuda. "Kalau daging sapi, biasanya ada di bagian lulur dalam," ujarnya.
Akan tetapi, karena pasokan daging kuda tidak banyak, Sandra kerap mendapat daging kuda yang sudah berumur sehingga dagingnya alot. Untuk mengakalinya, daging kuda yang sudah ditusuk-tusuk diberi pelapis daun pepaya, lantas dimasukkan ke lemari pembeku. "Daun pepaya akan membuat daging menjadi empuk tanpa berubah warna atau berbau," ujarnya.
Selain sate daging kuda, Sandra juga menyuguhkan sate zakar kuda. Namun, untuk mendapatkannya, pembeli harus memesan terlebih dulu. Satu zakar kuda bisa menjadi beberapa tusuk sate. Harganya Rp 100.000 per zakar. "Cukup mahal karena harga zakar mentahan mencapai Rp 70.000," ujarnya. Proses memasaknya juga lebih sulit karena bisa menghabiskan dua liter minyak tanah agar daging lebih empuk.
Di Jakarta, salah satu penjual sate kuda yang laris adalah Haji Salindra di Duren Sawit, Jakarta Timur. Warung ini sudah 1,5 tahun berdiri dan punya banyak langganan tetap. Setiap hari, Haji Lili, sapaan akrabnya, bisa menghabiskan 15 kilogram daging kuda yang didatangkan dari Yogyakarta. Dalam sehari, omzetnya mencapai sekitar Rp 1,5 juta.
Haji Lili membuka warung sate kuda khusus buat pengobatan. la menyarankan agar pengunjung yang kena penyakit diabetes atau masuk angin akut sebaiknya menyantap daging kuda minimal sebulan dua kali.
Haji Lili membanderol harga sate kuda Rp 2.500 per tusuk. Satu porsi berisi 10 tusuk. "Dari harga ini, saya sudah mengantongi margin 30 persen," ujarnya. (Aprillia Ika/Kontan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar